KUPAS BUDAYA INDONESIA

Tari Gambyong Budaya Agung Jawa Tengah


tari gambyong kebudayaan jawa tengah

Sobat Panglipur – Dari sekian banyak tarian yang ada di Indonesia salah satunya adalah tarian yang berasal dari Jawa Tengah yaitu Tari Gambyong. Dilihat dari sisi sejarah, tari gambyong berasal dari daerah Surakarta. Tarian ini biasa dibawakan saat acara-acara tertentu seperti acara penyambutan tamu-tamu kenegaraan atau tamu kerajaan. Setelah lama ada tari gambyong menyebar ke berbagai daerah di pelosok Jawa Tengah.
Menurut beberapa sumber informasi nama tari gambyong berasal dari nama seorang penari yang bernama Sri Gambyong . Pada masa pemerintahan Pakubuwono IV sekitar tahun 1788 – 1820 tarian ini berperan sebagai seni tari hiburan rakyat dalam kategori tari tayuban atau tlédhék.

Berasal dari tarian rakyat yang berhasil diperhalus serta diperkenalkan oleh Nyi Bei Mardusari yang merupakan seorang ahli seni dan juga selir Sri Mangkunegara VII. Berkat keahlian beliau dalam menata gerak tari menyebabkan tari gambyong merupakan tarian rakyat yang layak dipertunjukan dikalangan priyayi. Pada masa itu tari gambyong mulai dibawakan pada acara-acara kenegaraan, dan dibawakan ketika sedang berlangsung penyambutan tamu-tamu dikalangan istana Mangkunegaran.
Sebagai salah satu tarian rakyat yang memiliki tempat tersendiri dikalangan ningrat, tari gambyong bukan sebuah tarian tunggal. Ada beberapa jenis tari gambyong diantaranya Tari Gambyong Pangkur, Tari Gambyong Pareanom dan yang lainnya.

Pada tahun 1950 seorang pelatih tari dari kalangan Instana Mangkunegaran telah mebuat perubahan besar yang sangat penting dan mendasar. Dimulai dari tata gerak dan langkah tarian ini dibuat gerakan baku yang sangat luwes layaknya gerak tari keurseus yang merupakan salah satu kebudayaan sunda Jawa Barat. Tata gerak dan langkah tari gambyong yang telah dibakukan berhasil dipertontonkan pertama kali pada saat pernikanan Gusti Nurul yang merupakan saudara perempuan dari Mangkunegara VII.

tari gambyong kebudayaan jawa tengah

Gerak tari gambyong pada dasarnya sama seperti tarian-tarian yang lain yaitu tiga bagian seperti awalan, isi atau alur cerita yang dibawakan, dan akhiran atau penutup. Yang dimaksud bagian tersebut sangat nampak dari alunan gending karawitan jawa yang mengiringinya.
Pada awalannya penari akan membawakan gerak tari yang di iringi oleh alat musik tanpa nyanyian atau biasa juga disebut karawitan gending. Pada bagian inti atau isi akan diiringi oleh alat musik lengkap dengan nyanyian dari seorang sinden atau biasa juga disebut karawitan sekar gending. Diakhir pertunjukan biasanya diiringi oleh alunan musik tanpa nyanyian ( karawitan gending ).
Sebagai sebuah karya seni yang tersusun dengan konsep baku, maka karakter pembawaan penari menggambarkan keanggunan seorang wanita jawa, yang selalu memberikan rasa hormat, sopan selalu bisa bahagian dalam berbagai suasana kehidupan dan penuh tanggung jawab serta hati-hati dalam melangkah. Hal ini tergambar dari semua gerak dan langkah tari gambyong dibawakan dengan sangat hati-hati, tempo yang pelan, kelenturan anggota badan, serta perangai yang selalu tersenyum, pandangan lurus kedepan bahkan terkesan menunduk.

Waktu berlalu, hari berganti tari gambyong tetap menjadi kreasi budaya agung yang tak lekang dimakan jaman. Hal ini terbukti dengan bermunculannya berbagai kreasi baru dari tari gambyong seperti tari Gambyong Mari Kangen, Gambyong Sala Minulya, Gambyong Ayun-Ayun, Gambyong Gambirsawit, Gambyong Dewandaru, Gambyong Mudhatama, dan Gambyong Campursari dan yang lainnya.

Sobat panglipur, sebagai generasi penerus bangsa sudah selayaknya kita berusaha melestarikan kebudayaan tradisional agar tidak mengalami kepunahan meskipun pada kenyataannya banyak hal yang jadi hambatan dalam melestarikan adat budaya kita.
Oke sobat rupanya cukup sekian yang bisa saya persembahkan, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa di kesempatan berikutnya.

Kesulitan Mengupas Budaya Tradisional


kesulitan melestarikan budaya

Sobat Panglipur – Masing-masing wilayah di Indonesia memiliki ciri khas dan karakter masing-masing. Ciri khas yang tergambar merupakan kekayaan budaya yang tak ternilai harganya. Dalam keaneka ragaman budaya tentu kita tidak mudah untuk memahami seluk-beluknya. Jangankan untuk memahami budaya lain, untuk memahami budaya lingkungan sekitar kita juga terkadang terasa sulit.
Hal ini disebabkan karena pada awalnya para pelaku atau tokoh-tokoh budaya memegang teguh beberapa patokan yang menurut mereka tidak boleh sembarangan dibuka ke media publik. Ada beberapa tokoh atau pelaku budaya yang tidak serta-merta dengan mudah membeberkan tentang filosofi, sejarah, dan karakter budaya tradisional.

Seiring waktu berjalan para pegiat budaya banyak yang berusaha mencari informasi yang akurat, terperinci dan terpercaya. Sedikit-demi sedikit tabir rahasia kebudayaan tradisional mulai muncul kembali ke permukaan, mempelajari makna yang terkandung dengan cara menggali informasi dari berbagai narasumber.

Sesuatu yang menjadi kendala adalah terbatasnya narasumber yang sesuai dan sarana yang memadai. Hal ini sangat memungkinkan kebudayaan tradisional menjadi punah. Sudah tidak terhitung jumlahnya kebudayaan tradisional Indonesia yang sudah hilang dari masyarakat. Sekalipun pada saat ini banyak yang berupaya untuk menggali dan berusaha untuk melestarikan, mereka cukup kesulitan untuk mengemukakan budaya yang original.

Beberapa pakar budaya berusaha menggali budaya tradisional dan kemudian dikemas menjadi kebudayaan yang sudah dipadukan dengan kebudayaan modern. Banyak pertunjukan budaya khususnya seni yang mengalami perubahan yang signifikan. Ada beberapa faktor yang berkurang karena terbatasnya pengetahuan tentang hal tersebut, atau ada juga yang bertambah, dikandung maksud untuk melengkapi atau menutupi kekurangannya.

kesulitan melestarikan budaya

Setelah memahami kasus diatas dapat diambil beberapa kesimpulan diantaranya :

Kurangnya peminat dari generasi muda
Keinginan generasi muda dalam mempelajari kebudayaan tradisional sangat minim, hal ini mungkin karena terpengaruh oleh masuknya budaya asing yang serba mudah, instan dan tidak terlalu mengikat dalam hal aturan. Yang terkesan sangat ironis adalah ketika sosok generasi muda merasa malu untuk mempelajari budaya sendiri dan lebih bangga ketika bisa menguasai kebudayaan asing.

Terbatasnya jumlah narasumber yang memadai
Para tokoh budaya yang sudah lama berkecimpung dalam bidangnya tidaklah banyak, sementara faktor regenerasi terkesan lambat sehingga banyak berakibat putusnya mata rantai informasi dari keaslian struktur budaya kita.

Kurangnya sarana yang memadai
Baik kebudayaan jawa, kebudayaan sunda atau kebudayaan tradisional lainnya dirasa sulit berkembang karena kurangnya sarana yang memadai. Disekolah-sekolah formal sangat sedikit waktu untuk mempelajari kebudayaan dan mungkin akibat dari kurangnya tenaga pendidik dan sarana penunjang yang lain

Tiga hal tersebut merupakan hal yang sangat menjadi hambatan ketika ada yang berusaha menggali, dan berupaya untuk melestarikan budaya tradisional.
Pada saat ini ditengah maraknya budaya asing yang masuk ke Indonesia, sudah selayaknya kita sebagai generasi penerus bangsa untuk bisa menjaga dan melestarikan budaya tradisional asli Indonesia.

Oke sobat, rupanya itu saja yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini. Semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Mengenal Wayang Pandawa Lima


mengenal pandawa lima
Sobat Panglipur – Dalam pakeliran wayang kita sering mendengar tentang tokoh lima bersaudara yang terkenal dengan Pandawa Lima. Dalam kisahnya pandawa lima merupakan putra dari seorang tokoh wayang yang bernama Pandu Dewanata. Tiga orang dilahirkan dari istri Pandu yang bernama Dewi Kunti dan dua orang lagi dilahirkan oleh Dewi Madri.
Meskipun terlahir dari ibu yang berbeda persaudaraan Pandawa Lima tidaklah menjadi renggang. Dalam kesehariannya mereka selalu saling membantu baik dalam pahit maupun manis. Dari lima bersaudara tersebut memiliki karakter kebaikan meskipun dengan sifat-sifat yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Yudistira
Merupaka putra tertua yang merupakan buah perkawinan antara Pandu dan Dewi Kunti. Sebagai saudara tertua yudistira memiliki sifat yang bijaksana, pemaaf, tidak memiliki musuh. Diantara saudara-saudaranya dia terkenal sebagai tokoh yang jujur, dan mudah memberikan ampun jika dalam perang lawannya menyerah dan tidak berdaya. Yudistira sebagai titisan dari Dewa Yama merupakan gambaran tokoh yang taat beragama dan bermoral tinggi.

Bima
Merupakan putra kedua dari Pandu dan Dewi Kunti. Semasa hidupnya Bima merupakan seorang ksatria yang bertubuh tinggi besar dengan sifat yang pemberani, jujur, teguh pendirian. Dalam perang Bima mahir menggunakan senjata yang bernama Gada. Sebagai ksatria titisan Dewa Bayu, tokoh Bima sangat berperan dalam memenangkan peperangan. Selain memiliki senjata yang bernama Gada, Bima juga memiliki senjata lain yang merupakan kuku ibu jari yang sanggup menjadikan lawannya tak berdaya bahkan mati jika terkena Kuku Pancanaka milik Bima.

Arjuna
Merupakan putra ketiga dari Pandu dan Dewi Kunti. Dalam dunia pewayangan khususnya wayang golek biasa disebut putra panengah pandawa. Sebagai titisan Dewa Indra, dia sangat mahir dalam menyusun strategi perang. Senjata panah merupakan keahliannya. Ketika perang di Kurusetra arjuna menjadi tumpuan saudara-saudaranya karena bisa membunuh lawan dari jarak jauh dengan panahnya. Arjuna merupaka seorang tokoh pewayangan yang memiliki ketampanan yang sangat luar biasa, sangat sopan, cerdik, lembut hati serta pendiam.

Nakula
Merupan putra Pandu dari Dewi Madri, Sebagai titisan dewa pengobatan yaitu Dewa Aswin nakula memiliki karakter yang Nakula adalah tokoh pandawa lima yang tangguh, pria tampam di dunia dan mahir dalam menggunakan pedang. Ia memiliki sifat atau karakter yaitu tahu balas budi, jujur, pandai menjaga rahasia, setia dan taat kepada orang tua.

Sadewa
Saudara kembar dari Nakula yang juga putra pandu dari Dewi Madri. Seperti saudaranya Sadewa merupaka titisan dari Dewa Aswin yang dikenal sebagai dwa pengobatan. Setelah Dewi Madri meninggal Nakula dan Sadewa dipelihara oleh Dewi Kunti yang merupakan ibu dari tiga orang saudaranya. Sebagai ksatria Pandawa, tokoh sadewa memiliki gambaran sifat yang tahu balas budi, jujur, pandai menjaga rahasia, setia dan taat kepada orang tua.

pandawa lima

Pandawa lima semasa hidupnya merupakan gambaran dari tokoh protagonis dalam dunia pewayangan. Karakter baik hati dan tidak pernah berbuat onar, tapi tidak pernah mundur ketika menghadapi lawan setangguh apapun. Dengan didampingin oleh bimbingan tokoh Semar dan Panakawan lainnya, mampu menjadikan Pandawa Lima sebagai penjelmaan sifat baik yang ada dalam diri manusia

Sobat panglipur, itulah gambaran dari tokoh wayang pandawa lima. Meskipun tidak terurai secara terperinci tapi mudah-mudahan bisa bermanfaat.
Sampai jumpa dikesempatan berikutnya.

Kakawén Dalang Wayang Golek


kakawen dalang sunda
Sobat Panglipur – Kakawen atau biasa juga disebut suluk padalangan adalah kawih atau lagu yang dilantunkan oleh dalang ketika memulai sebuah pagelaran. Jika kita pernah nonton pagelaran wayang tentu kita pernah mendengar apa yang dinamakan kakawen dalang.
Kakawen biasanya digunakan untuk menggambarkan suasana dalam alur cerita pewayangan yang akan digelar. 

Dalam hal ini biasanya Ki Dalang menggambarkan beberapa hal yang terjadi. Setiap karakter wayang terkadang memiliki kakawen yang khas dan tidak dimiliki oleh tokoh wayang yang lain.Pada awal cerita dalang melantunkan kakawen tentang suasana tempat dimulainya sebuah lakon pewayangan. Untuk menggambarkan suasana disebuah keraton akan berbeda jika cerita dimulai disebuah hutan atau desa dalam cerita wayang. Selain itu kakawen dalang wayang juga menggambarkan karakter tokoh wayang seperti Semar sang panakawan,Rahwana, suasana hati yang sedang marah, sedih, atau menggambarkan kesaktian tokoh wayang tersebut.

Dalam membawakan kakawen dalang bisa saja menggunakan laras pelog, madenda, atau salendro. Ditatar pasundan tidak semua wilayah menyebutkan nyanyian dalang tersebut sebagai kakawen, ada juga yang menyebutnya dengan suluk atau sebrakan. Dalam lantunan lagunya biasa diiringi oleh alat musik karawitan dengan gambang dan rebab terdengar lebih dominan. Bahkan ada istilah “ Sora gambang mangprang maiseup dalang

Berikut ini ada beberapa contoh kakawen dalang dalam pagelaran wayang golek.

kakawen dalang sunda

Menggambarkan suasana keraton
Gedong duwur kali sambung pagulingan
Ya sepi tingtrim
Pepetetan samia murag
Samia murag
Balingbing lan jeruk manis

Kakawen yang menggambarkan kemarahan seorang tokoh pewayangan
Rap sigrap purna dewa
Ingkang napsu kagila-gila, kagila-gila
Ingkang samia ngalaga

Ketika seseorang akan pergi meninggalkan tempat
Luganira ya lumundur
Mimiti mirayang rana
Undur saking ….

Selain dari itu masih banyak kakawen dalang yang lain
Saurnira tandana panjang sinenggih
Sinenggihing sabda uninga
Walabakti dening asih ya dening asih
Kang asihing aja ketara

Sritinun ing pasewakan busana
Busana maneka warna
Serba kang puspita udyana hyang panjrahing sarwa rukma
Rénggéng manik narawata.

Data nira tangademan ewuh pagulingan rana
Denawa-denawa sampan prapta
Sikap pedang tamsir gada birit candrasa panah limping

Menggambarkan seorang raja sakti
Mendra-mendra winulan sastra tinuwara
Alon wuwus sinenggih kanda purwantara
Purwa hartosipun wiwitan

Tara hartosipun kedaton ingkang dianggo jejer carita
Bonten wonten malih kajabi ti salebeting pagelaran jawi
Karaton nagara Kajinan, Nagara giling wesi.
Watek wantos ingkang dados nalendra dudu telu dudu loro anging sawiji-wijine
Denawa pangawak Naga, kakasihipun bibisik Prabu Naga Percona
Ingkang sampun wontening setinggil binaturata ing dedampar denta
Pnalipit ing sosoca rinenggana weretna
Balbut perang widani ginanda wida jebat kastori lan sinebaran sari-sari.

Sobat panglipur, itulah beberapa contoh kakawen dalang yang biasa dilantunkan oleh Ki Dalang. Meskipun pada kenyataannya masih banyak jenis kakawen yang lain seperti kakawen lara tangis yang menggambarkan kesedihan seorang tokoh wayang.

Rupanya itu saja yang bisa saya persembahkan pada kesempatan kali ini semoga bisa bermanfaat, dan sampai jumpa dilain kesempatan.


Karakter Wayang Golek Dalam Budaya Sunda


karakter wayang golek

Sobat Panglipur – Dalam pakeliran wayang tentu saja kita akan menemukan beberapa hal yang seolah baku dan tidak pernah berubah dari jaman ke jaman. Meskipun banyak yang berubah dari sisi dan bentuk serta ukuran, pasti ada beberapa hal yang tidak pernah berubah. Seperti yang biasa diungkapkan oleh dalang khususnya dalang wayang golek “ Wayang nu ngandung perlambang, dipipindingan ku siloka jeung sasmita tempat urang ngaguar lalakon hirup di dunya “ yang artinya wayang itu merupakan sesuatu budaya yang mengandung lambang ( melambangkan sesuatu ) serta ditutupi oleh hal yang tidak bisa terbuka jika kita tidak berusaha untuk mengetahuinya, sebagai bekal hidup diduna.

Ya seperti itu memang kenyataannya, sebagai bentuk dari budaya yang memiliki simbol dan kaya akan filosofi, maka wayang terdiri beberapa bagian yang harus kita ketahui. Kesenian wayang merupakan gabungan dari beberapa kesenian yang lain. Kita ketahui didalamnya ada beberapa jenis kesenian yang tergabung dalam kesenian wayang seperti gending karawitan, tarian, kawih atau nyanyian, serta seni peran.

Wayang golek yang merupakan sebentuk boneka kayu yang dimainkan oleh seorang dalang. Dari sekian banyak wayang yang tersedia terdiri dari beberapa kelompok, bentuk dan warna. Pada kesempatan ini kita akan bahas mengenai karakter wayang golek beradasarkan bentuk, warna, dan kelompoknya.

Warna wayang golek terutama pada bagian wajah, melambangkan karakter yang dimiliki oleh tokoh tersebut, misalnya tokoh Semar akan berbeda dengan Rahwana.
Berdasarkan kelompoknya wayang dibagi menjadi beberapa bagian yang membedakan atau biasa disebut raut golek.

Berdasarkan rautnya wayang golek dibagi menjadi beberapa kelompok, dan sangat Nampak secara visual yaitu :

karakter wayang golek

  • Satria lungguh biasanya tergambar dengan kepala tertunduk, wajah berwarna putih, berhidung kecil, tidak berkumis, mata sipit, bentuk mulut biasa.
  • Satria landak tungkul tergambar dengan kepala tertunduk, wajah berwarna gading, bermata sipit, berhidung kecil dan berkumis, bentuk mulut biasa.
  • Satria landak tanggah tergambar dengan kepala dangah ( pandangan lurus kedepan ) wajah berwana kayas ( pink ) bermata sipit, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut biasa.
  • Ponggawa alit biasanya tergambar dengan bentuk kepala tertunduk, wajak berwarna ros muda, bermata biasa, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut biasa.
  • Ponggawa sembada biasanya tergambar dengan bentuk kepala tertunduk, wajah berwarna ros, bermata biasa, berhidung bangir, berkumis, bentuk mulut biasa tapi agak besar.
  • Ponggawa Ageung biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, bermata biasa, berhidung bangir, berkumis bentuk mulut biasa atau besar.
  • Ponggawa Badag biasanya tergambar dengan bentuk kepala tanggah ( pandangan mendongak keatas ), wajah berwarna merah ati, berkumis, berhidung bangir, bermata biasa, bermulut besar atau bertaring.

  • Buta Biasa biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, mata melotot, bentuk hidung bervariasi ( panjang, medang, gendul ), berkumis, bentuk mulut bervariasi ( Guseng, sihungan, ranggeteng )
  • Buta garang tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah tua, mata melotot, bentuk hidung bervariasi ( panjang, medang, gendul ), berkumis, bentuk mulut bervariasi ( Guseng, sihungan, ranggeteng ).

  • Panakawan Semar biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna putih, bermata biasa, berhidung gendul, tidak berkumis bentuk mulut cameuh mésem.

  • Panakwan Cepot biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, bermata biasa, berhidung gendul, berkumis bentuk mulut cameuh mésem.

  • Panakwan Dawala biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, bermata Juling, berhidung  panjang, berkumis bentuk mulut cadok.

  • Panakwan Gareng biasanya tergambar dengan bentuk kepala dangah, wajah berwarna merah, bermata biasa, berhidung gendul, berkumis bentuk mulut guséng mésem.


Mungkin seperti itu ringkasannya, jika ada yang mau menambahkan atau memberikan kritik atau saran silahkan, saya akan dengan senang hati menerimanya. Demi berkebangnya kebudayaan yang kita miliki tak ada salahnya jika kita saling mengisi dan saling melengkapi.

Sekian dulu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa dilain kesempatan.

Panakawan Siloka Kesucian Jiwa Pewayangan


siloka kesucian jiwa pewayangan

Sobat panglipur – Beberapa tokoh punakawan atau dalam alur cerita wayang golek disebut panakawan, merupakan penggambaran orang-orang yang memiliki kesucian jiwa.
Tokoh semar, cepot, dawala, gareng adalah para abdi ménak dalam cerita wayang golek. Menurut arti kata panakawan berasal dari dua kata yaitu pana yang berarti paham dan kawan yang berarti teman. 

Mereka tinggal disuatu wilayah yang disebut Karang Tumaritis yang berasal dari kata karang yang berarti halaman atau tempat, tumari asal kata dari tumarima, tis berasal dari kata titis berarti ketetapan baik dan buruk dari Maha Pencipta.

Jika dilihat dari keterangan diatas maka tokoh panakawan merupakan orang-orang yang tidak hanya bisa dijadikan abdi atau pembantu para ménak, tetapi juga bisa dijadikan teman yang paham dengan keadaan majikannya. Mereka adalah gambaran sifat yang bisa menerima apa saja yang sudah menjadi ketetapan Tuhan dimanapun mereka berada.

kisah pewayangan


Semar adalah seorang spiritualis yang rela meninggalkan kemewahan sawarga manik loka, hanya demi menjadikan manusia yang berakhlak mulia. Menurut ceritanya sawarga manik loka adalah hasil karyanya.

Tubuhnya yang hitam menggambarkan orang yang tidak pernah memikirkan keuntungan apabila memberikan pertolongan pada orang lain.
Wajahnya yang putih menggambarkan kejernihan pikiran dan kesucian jiwa sehingga terpancar diwajahnya.

Sementara tiga tokoh lainnya yaitu Astrajingga atau cepot, dawala, dan gareng yang merupakan anak-anaknya semar merupakan gambaran kesederhanaan. Mereka tidak pernah mengeluh dengan keadaan yang serba susah, tidak bersifat aji mumpung dan melakukan jalan pintas untuk meraih kesuksesan. Salah satu contohnya jika mereka menginginkan sebenarnya sangat mampu untuk hidup bergelimang harta kemewahan.

Bagaimana tidak ?

Meskipun mereka tahu sawarga manik loka yang menjadi pusat kekayaan dan kemewahan itu adalah buah karya bapaknya, tapimereka tidak pernah menuntut apapun dari saudara dan kerabatnya yang masih tinggal disana.
Sosok pemberani yang tidak pernah takut menghadapi siapa saja yang berani mengusik ketenangan majikannya. Sifat rendah hati yang mereka miliki mampu membendung hawa nafsu ketika banyak orang yang menghina dan menyepelekan mereka.

Dalam kehidupannya mereka selalu harmonis penuh kegembiraan padahal seumur hidup dalam kekurangan. Canda tawa sempal guyon gogonjakan menjadi keseharian mereka menggambarkan kebahagiaan hidup itu tidak hanya dengan kekayaan yang melimpah.
Demi mengabdi kepada nusa dan bangsa mereka berani mempertaruhkan jiwa raga, asal Negara aman dan sentosa.

Semar dan anak-anaknya itu bukan manusia yang tidak memiliki kemampuan, tapi mereka selalu bertindak handap asor atau rendah hati, serta berusaha menyembunyikan ilmu yang dimilikinya. Sejatinya semar adalah sosok yang berilmu tinggi yang sembunyi pada titik lemah manusia, jangankan pukulan atau tendangannya, kentutnya saja bisa membuat gunung-gunung hancur berterbangan.

Sobat panglipur meskipun itu hanya dalam tokoh fiksi wayang golek, tapi semoga bisa menjadi inspirasi bagi kita untuk jadi manusia yang lebih baik.

Rupanya cukup sekian yang bisa saya sampaikan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Tari Ketuk Tilu Ikon Budaya Sunda


tari ketuk tilu ikon budaya sunda

Panglipur manah – Salah satu tarian khas jawa barat yang memiliki karakter tari hiburan atau tari pergaulan. Tari ketuk tilu pada mulanya sebagai tari yang dilangsungkan dalam acara-acara adat, yaitu ketika masyarakat sedang melangsungkan ritual menyambut datangnya masa panen padi. Pertunjukan tari ini sebagai ungkapan rasa syukur kepada sang dewi padi, yang dalam kepercayaan adat sunda disebut Dewi Sri. Seorang gadis muda diarak menuju daerah yang lapang dengan diiringi alunan suara musik.

Setelah melewati perjalanan waktu yang cukup panjang pada akhirnya Tari Ketuk Tilu berkembang menjadi tari hiburan atau tari pergaulan yang sering dipertontonkan pada acara hiburan rakyat atau pada acara-acara hajatan warga, sangat berbanding terbalik dengan seni tari keurseus yang diperuntukan untuk para ménak



Kenapa disebut ketuk tilu ?
Hal ini dikarenakan pada awal terbentuknya tari ini hanya di iringi oleh tiga jenis alat karawitan saja, yaitu bonang, kendang dan rebab.

Ketuk tilu merupakan cikal bakal beberapa tarian kreasi baru, diantaranya adalah tari jaipong. Pementasan tari ketuk tilu setelah berubah menjadi tari hiburan tidak lagi mengarak seorang gadis cantik ke tanah lapang, melainkan berubah menjadi arak-arakan pengantin sunat. Pada situasi yang lain tarian ini bukan merupakan iring-iringan saja, tapi masyarakat yang hobi menari berkumpul untuk melangsungkan tarian secara bergantian atau berkelompok ditemani oleh beberapa orang penari.

Pelaksanaan tarian ini terkadang berbeda antara daerah yang satu dengan yang lain tergantung adat kebiasaan dan juga menyesuaikan dengan kearifan lokal setempat.
Ada beberapa gerakan yang terkandung dalam tarian ini seperti depok, bajing luncat, oray-rayan, ban karet dan gerakan-gerakan yang lain. Karakter tarian ini adalah enerjik penuh kegembiraan. Meriahnya suara waditra sunda atau gamelan diiringi alunan kawih sangat dinikmati oleh para penghobi tari. Pada saat-saat tertentu dalam pelaksanaannya juru kawih terkadang menyanyikan syair-syair lagu dadakan, tergantung suasana dan bisa saja mengimbangi kelakuan para penari.

ketuk tilu ikon budaya sunda


Kostum yang di gunakan pada pertunjukan Tari Ketuk Tilu ini terdiri dari kostum pria dan kostum wanita. Pada kostum pria biasanya menggunakan baju kampret dengan warna gelap. Pada bagian bawah menggunakan celana pengsi dengan beberapa perlengkapan yang lain seperti sabuk kulit atau golok golok. Pada bagian kepala menggunakan ikat kepala yang menurut adat budaya sunda disebut iket.
Untuk kostum wanita biasanya menggunakan kebaya dengan sinjang pada bagian bawah. Selain itu juga di lengkapi dengan aksesoris seperti sabuk, selendang, gelang, dan juga kalung. Pada bagian kepala penari biasanya menggunakan sanggul dengan hiasan rangkaian bunga untuk menambah kecantikan para penarinya.

Oke sobat panglipur, rupanya sekian dulu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat.
Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Metode Pembelajaran Kacapi Pelog


metode pembelajaran kacapi pelog

Sobat Panglipur – Untuk bisa menjadi pemain kacapi yang handal, sudah dipastikan kita harus melalui proses pembelajaran. Untuk mempermudah dalam melakukan proses belajar akan lebih baik jika dipandu oleh seorang guru ahli dalam bidangnya.

Tapi bagi anda yang ingin belajar secara otodidak, saya akan memberikan metode pembelajaran kacapi sunda agar dapat mempermudah dalam memahami teknik bermain kacapi sunda dengan laras pelog. Hal yang perlu kita perhatikan adalah seperti yang akan saya paparkan

Sistem Notasi

Hal dasar yang harus diketahui dalam bermain kacapi pelog. Kacapi sunda laras pelog menggunakan notasi Da Mi Na Ti La Da. Satu oktaf laras kacapi pelog adalah 5 nada maka jika senar atau dawai kacapi sebanyak 20 maka terdiri dari 4 oktaf.

Untuk menunjukan tinggi rendah nada menggunakan tanda titik.
Jika nada tinggi maka menggunakan titik dibawah nada, jika nada rendah maka ditambahkan titik diatas nada. Untuk menunjukkan nilai atau harga sebuah nada maka menggunakan garis diatas nada tersebut. Jarak interval antar nada yang satu dengan lainnya adalah 400 > 80 > 240 > 400 > 80.

Seperti yang terlihat pada gambar dibawah, Jarak antar dot itu nilainya 80 cent


metode belajar kacapi pelog


Penjarian

Untuk mempermudah mempelajari kacapi maka posisi jari harus terlatih untuk ditempatkan ditempat yang tepat. Menurut panduan yang diberikan oleh Heri Herdini, Posisi tangan kanan biasanya disimbolkan dengan T.Ka dan untuk tangan kiri disimbolkan dengan T.Ki, ibu jari simbolnya B dan jari telunjuk simbolnya A.

Pola tabuhan

Dalam memainkan kacapi sunda ada beberapa pola tabuhan yang biasa dimainkan yaitu :

Tabuhan pasieupan yang merupakan salah satu pola pirigan yang secara umum dalam permainan kacapi seperti cacag, beulit, golosor, papageran turun, gulung, ambahan, nunggu, méréan, tutup, cindek, liliwatan, buntut, santok, aweuhan, kulincer dan kemprang barung.
Tabuhan ini biasanya dilangsungkan pada saat dimulainya sebuah lagu atau bisa juga disebut intro, dan juga mengiringi kawih sunda cianjuran layaknya sebuah rebab dalam pagelaran gending waditra lengkap.

Tabuhan kemprangan yang biasanya dimainkan beriringan dengan pola tabuhan pasieupan, dan biasanya digunakan dalam pementasan kawih sunda cianjuran, serta kacapi pantun. Baik tabuhan pasieupan atau tabuhan kemprangan memerlukan keahlian yang khsus karena pola permainan dengan tempo yang terkadang sangat cepat dan butuh keselarasan antara jari tangan kiri dengan jari tangan kanan

Tabuhan kait adalah pola tabuhan yang biasa dilantunkan dalam permainan kacapi sunda pada umumnya. Dalam memainkan kacapi dengan pola tabuhan kait tidak memerlukan kehalian khusus. Biasanya para pemula memulai belajar kacapi sunda menggunakan pola ini. Pola ini sangat cocok diiringi oleh alunan suara suling, atau bisa juga dengan iringan kawih sunda.

Dalam pola kait ada beberapa cara diantaranya : Mangkat, Pungkas, Jengkat, Pancer, Ayun, Madakeun, dan Peupeuntasan.

metode pembelajaran kacapi pelog


Mengenai detai masing-masing pola saya merasa sulit untuk menerangkan dengan menggunakan bahasa tulisan, jika sudah memiliki senggang waktu akan saya coba memberikan tutorial secara detail dari awal sampai akhir dalam bentuk VIDEO, ( kameranya belum punya kang …. )

Oke sobat panglipur, rupanya sekian dulu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Perkembangan Tari Jaipong


perkembangan tari jaipong

Sobat Panglipur – Tari Jaipong merupakan kebudayaan sunda yang sudah terkenal ke mancanegara. Sejak kemunculannya banyak orang mempelajari, meneliti, dan banak pula yang hanya menikmati sebagai tontonan.

Tari jaipong tidak serta-merta ada dengan sendirinya, tapi merupakan sebuah kreasi lanjutan dari beberapa tarian pendahulunya. Seperti yang tertuang di  syair lagu sunda Adumanis seperti ini “ Ketuk tilu baheulana, klasik jeung pencak silat “ tari jaipong merupakan improvisasi dari H Suanda dari Karawang sekitar tahun 1976.

Tari Jaipong merupakan perpaduan dari beberapa tarian ketuk tilu, pencak silat, wayang golek dan beberapa pola gerak dari tarian sunda yang lain. Jika dilihat dari pola gerakannya tari japong memiliki ciri khas yang cukup unik, karena terdiri dari beberapa penerapan karakter, seperti gagah, ringan, lincah ( rancingeus ), menggoda karena ada beberapa orang yang menyebutkan bahwa gerak tari jaipong terkesan erotis, dipadukan dengan pembawaan perangai penari yang gumeulis ( kemayu ), tapi tidak luput dari gerakan-gerakan yang lucu mengundang gelak tawa.

mengenal tari jaipong


Selain gerakan yang luwes, serasi dengan lantunan waditra sunda, tari jaipong terlihat atraktif yang dibuktikan dengan kemampuan penari untuk mengikuti ketukan kendang yang mendominasi alunan musik.

Gerakan-gerakannya masih banyak terpengaruh oleh gerakan seni beladiri pencak silat. Salah satu ciri khas yang sangat nampak dari tari jaipong adalah geakannya mampu mengimbangi ketukan kendang yang terkadang sangat cepat dibeberapa kesempatan. Hal ini bagi penari yang kurang ahli akan sedikit kesulitan dalam menyesuaikan gerakannya.

Beberapa trik yang sering terlihat dimainkan oleh penari ketika irama kendang mulai meningkat maka akan diiringi dengan gerakan tangan dan badan yang sangat cepat. Jika satu ayunan tidak cukup dengan satu ketukan maka gerakan tersebut menjadi patah-patah sesuai dengan suara kendang.

Tidak hanya tangan dan kaki saja yang dituntut harus bisa mengimbangi kecepatan ketukan kendang, tapi gerak tubuh dan kepala juga akan nampak memperindah penampilan penari.
Tari jaipong merupakan sebuah tarian tradisional sunda yang diperuntukan bagi masyarakat luas yang ingin hiburan, jadi tidak hanya perempuan saja yang boleh membawakan tarian ini. Laki-laki juga bisa menari jaipong, bahkan pada beberapa kesempatan sering kita lihat tari jaipong dibawakan oleh pasangan laki-laki dang perempuan.

Seiring perkembangan dunia kesenian tarian ini cepat berkembang ke berbagai pelosok. Sehingga yang semula cikal bakalnya dari cianjur, setelah tersebar menjadikan tari jaipong memiliki banyak gaya sesuai dengan daerah yang mengembangkannya. Beberapa gaya tari jaipong diantaranya : jaipong asli cianjuran, jaipong bandung, jaipong gaya kaleran.

Sebagai kesenian sunda yang sarat dengan improvisasi, maka tidak dipungkiri lagi bahwa Tari Jaipong menjadi salah satu ikon kebudayaan masyarakat sunda. Meskipun banyak kesenian-kesenian yang lain tapi orang yang berasal dari luar jawa barat lebih mengenal tari jaipong dibanding dengan yang kesenian lain.

Banyak daya Tarik yang terkandung dalam tarian ini dimulai dari gerak penarinya, kostum atau penampilan penari, dan juga irama yang mengiringi sangat menarik untuk dinikmati

Sobat  panglipur, rupanya cukup sekian dulu yang bisa saya sapaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan sampai jumpa pada kesempatan selanjutnya.

Mengenal Seni Tari Baksa


mengenal tari baksa jawa barat
Sobat Panglipur – Sebelum kita mempelajari sebuah tarian, sebaiknya kita memahami beberapa hal diantaranya maksud dan tujuan melangsungkan sebuah tarian. Dengan memahami maksud dan tujuan pementasan, yang diharapkan kita tidak menjadikan salah penerapan.

Seperti yang akan kita bahas pada kesempatan kali ini yaitu tentang pedoman yang bisa dipelajari dari tari baksa. Tari baksa merupakan tarian yang tidak selalu dilangsungkan dalam setiap kesempatan. Maksudnya hanya pada saat-saat tertentu saja Tari Baksa itu ditampilkan. Misalnya pada saat memulai sebuah pagelaran seni tari secara umum biasanya diawali dengan pementasan tari baksa. Atau ketika hadirnya tamu agung dalam sebuah acara pagelaran seni, atau ketika menyambut datangnya mempelai laki-laki.

Dalam pementasan tari baksa bisa dilaksanakan oleh satu orang atau bisa saja ditampilkan oleh beberapa orang sesuai dengan keadaan lokasi pementasan.

Tari baksa merupakan salah satu dari rumpun tari keurseus. Menurut arti kata Baksa berasal dari dua kata yaitu “ Babak “ dan “ Yasa “ yang berarti jasa yang pertama. Oleh karena itu biasanya tari baksa tidak dilangsungkan sepanjang pagelaran, tapi biasanya hanya dilangsungkan pada awal kegiatan.

Seperti pedoman umum yang telah kita ketahui sebelumnya tentang rumpun tari keurseus adalah tarian yang dipelajari secara khusus dan memiliki gerakan yang baku. Siapapun orangnya dan dimanapun tempatnya sudah hamper dipastikan gerakan dan gending pengiringnya juga sama. Hanya mungkin ada improvisasi sebagian kecil gerakan saja yang berbeda.

mengenal seni tari baksa sunda

Mengenai gending pengiring Tari Baksa biasanya menggunakan gending lagu Sonténg yang berasal dari kata “ Soso “ dan Énténg “ yang berarti kuat dan ringan.
Sebuah tarian sunda yang dari seluruh gerakannya menggambarkan karakter seorang prajurit yang selalu waspada, dan dengan penuh keberanian serta percaya diri ketika mengemban tugas untuk melindungi tamu agung yang biasanya berasal dari kalangan Ménak atau bangsawan Sunda.

Gending pengiring biasanya menggunakan alat karawitan atau waditra lengkap, dengan menggunakan laras salendro. Sebagai suatu bentuk penghormatan kepada tamu atau orang yang dihormati agar terkesan dan merasa aman berada dilingkungan tersebut.

Penggunaan pakaian atau kostum terkadang menyesuaikan  dengan konteks acara yang digelar, tamu yang datang, serta suasana yang sedang terjadi. Terkadang menggunakan pakaian ponggawa kerajaan dengan senjata tombak, atau bisa saja menggunakan pakaian jawara, atau bahkan pakaian masyarakat  sunda kalangan biasa.

Sobat panglipur, rupanya itu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan menambah kecintaan kita terhadap kebudayaan sunda tercinta.
Sampai jumpa pada kesempatan berikutnya.

Cara Setting Laras Kecapi Sunda


cara setting kacapi sunda
Sobat Panglipur – Sebagai salah satu perangkat seni karawitan sunda, kacapi menggunakan 3 laras yaitu pelog, madenda dan salendro. Dalam penggunaannya laras pelog biasanya dimainkan pada saat melantunkan kawih-kawih sunda cianjuran, pantun, atau pada pagelaran seni degung. Nuansa yang ditampilkan dari laras pelog adalah adem, span dan berwibawa.

Untuk laras madenda tidak jauh berbeda dengan laras pelog, hal ini disebabkan karena cara setting dawai atau senar kacapi hanya berbeda pada dawai ketiga.
Sedangkan untuk laras salendro akan menghasilkan suasana yang ramai, gembira dan penuh semangat. Cara setting atau cara stem dawai kecapi salendro sedikit jauh berbeda dengan laras pelog dan madenda.

Ketika kita akan setting laras kacapi, sebaiknya disandingkan dengan alat karawitan / waditra lain yang sudah disetting terlebih dahulu. Hal ini agar hasil settingan laras yang kita lakukan sesuai dengan harapan. Dalam hal ini kita membutuhkan pendengaran dan perasaan yang cukup tajam, agar bisa menyamakan dengan laras waditra yang lain.

Hal pertama yang kita harus pahami adalah susunan tangga nada yang akan dipakai
1 = Da
2 = Mi
3 = Na
4 = Ti
5= La

Jika jumlah senar kacap adalah 20 maka nada tersebut akan kembali ke nada 1 setelah mencapai nada 5 ( dawai nomor 6 kembali lagi ke nada 1 )
Jadi secara singkatnya kacapi sunda terdiri dari 5 nada dengan 4 oktaf.

Jika kita kurang yakin dengan pendengaran dan perasaan, maka ada beberapa aplikasi yang sangat mempermudah kita untuk setting laras kecapi sunda.
Salah satu aplikasinya yang biasa saya gunakan adalah aplikasi android yang bernama Da Tuner, sobat panglipur bisa di unduh di google playstore.

Cara Setting kacapi menggunakan Nada dasar G
Tangga nada / laras PELOG bisa disesuaikan sehingga tersusun seperti berikut
Da     disimbolkan dengan angka 1 = G
Mi      disimbolkan dengan angka 2 = F#
Na     disimbolkan dengan angka 3 = D
Ti       disimbolkan dengan angka 4 = C
La      disimbolkan dengan angka 5 = B

Selanjutnya Tangga nada / laras MADENDA dengan Nada 4 = Tugu, bisa disesuaikan sehingga tersusun seperti berikut
Da     disimbolkan dengan angka 1 = G
Mi      disimbolkan dengan angka 2 = F#
Na     disimbolkan dengan angka 3 = E
Ti       disimbolkan dengan angka 4 = C
La      disimbolkan dengan angka 5 = B

Tangga nada / laras MADENDA dengan Nada 4 = Panelu, bisa disesuaikan sehingga tersusun seperti berikut
Da     disimbolkan dengan angka 1 = G
Mi      disimbolkan dengan angka 2 = F#
Na     disimbolkan dengan angka 3 = D
Ti       disimbolkan dengan angka 4 = C#
La      disimbolkan dengan angka 5 = B

Yang terakhir yaitu Tangga nada / laras SALENDRO bisa disesuaikan sehingga tersusun seperti berikut
Da     disimbolkan dengan angka 1 = G
Mi      disimbolkan dengan angka 2 = F dikurangi 48 cent
Na     disimbolkan dengan angka 3 = D ditambah 28 cent
Ti       disimbolkan dengan angka 4 = C dikurangi 8 cent
La      disimbolkan dengan angka 5 = A# dikurangi 48 cent

Untuk laras salendro harap lebih detail ketika penambaha dan pengurangan nada. Pada dasarnya susunan tangga nada G, F, D, C, A sudah menjadikan laras salendro, tapi bukan laras salendro sunda, melainkanlaras salendro cina. Jika kita menginginkan detail yang tepat maka penambahan atau pengurangan nilai cent juga harus dipertimbangkan.

Sobat panglipur, rupanya cukup sekian dulu yang bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini semoga bisa bermanfaat, dan sampai jumpa pada kesempatan berikutnya