Sobat Panglipur – Sebelum
kita mempelajari sebuah tarian, sebaiknya kita memahami beberapa hal
diantaranya maksud dan tujuan melangsungkan sebuah tarian. Dengan memahami
maksud dan tujuan pementasan, yang diharapkan kita tidak menjadikan salah
penerapan.
Seperti yang akan kita bahas pada
kesempatan kali ini yaitu tentang pedoman yang bisa dipelajari dari tari baksa. Tari baksa
merupakan tarian yang tidak selalu dilangsungkan dalam setiap kesempatan.
Maksudnya hanya pada saat-saat tertentu saja Tari Baksa itu ditampilkan.
Misalnya pada saat memulai sebuah pagelaran seni tari secara umum biasanya
diawali dengan pementasan tari baksa. Atau ketika hadirnya tamu agung dalam
sebuah acara pagelaran seni, atau ketika menyambut datangnya mempelai laki-laki.
Dalam pementasan tari baksa bisa
dilaksanakan oleh satu orang atau bisa saja ditampilkan oleh beberapa orang
sesuai dengan keadaan lokasi pementasan.
Tari baksa merupakan salah satu
dari rumpun tari keurseus. Menurut arti kata Baksa berasal dari dua kata yaitu “ Babak “ dan “ Yasa “ yang berarti jasa yang pertama. Oleh karena itu biasanya
tari baksa tidak dilangsungkan sepanjang pagelaran, tapi biasanya hanya
dilangsungkan pada awal kegiatan.
Seperti pedoman umum yang telah
kita ketahui sebelumnya tentang rumpun tari keurseus adalah tarian yang
dipelajari secara khusus dan memiliki gerakan yang baku. Siapapun orangnya dan
dimanapun tempatnya sudah hamper dipastikan gerakan dan gending pengiringnya
juga sama. Hanya mungkin ada improvisasi sebagian kecil gerakan saja yang
berbeda.
Mengenai gending pengiring Tari
Baksa biasanya menggunakan gending lagu Sonténg yang berasal dari kata “ Soso “ dan “ Énténg
“ yang berarti kuat dan ringan.
Sebuah tarian sunda yang dari
seluruh gerakannya menggambarkan karakter seorang prajurit yang selalu waspada,
dan dengan penuh keberanian serta percaya diri ketika mengemban tugas untuk
melindungi tamu agung yang biasanya berasal dari kalangan Ménak
atau bangsawan Sunda.
Gending pengiring biasanya
menggunakan alat karawitan atau waditra lengkap, dengan menggunakan laras
salendro. Sebagai suatu bentuk penghormatan kepada tamu atau orang yang
dihormati agar terkesan dan merasa aman berada dilingkungan tersebut.
Penggunaan pakaian atau kostum
terkadang menyesuaikan dengan konteks
acara yang digelar, tamu yang datang, serta suasana yang sedang terjadi. Terkadang
menggunakan pakaian ponggawa kerajaan dengan senjata tombak, atau bisa saja
menggunakan pakaian jawara, atau bahkan pakaian masyarakat sunda kalangan biasa.
Sobat panglipur, rupanya itu yang
bisa saya sampaikan pada kesempatan kali ini, semoga bisa bermanfaat dan
menambah kecintaan kita terhadap kebudayaan sunda tercinta.
Sampai jumpa pada kesempatan
berikutnya.
0 comments:
Post a Comment