KUPAS BUDAYA INDONESIA

Penerapan Bahasa Sunda

Sobat Panglipur – Sebagaimana kita ketahui bahasa dibagi menjadi dua, yaitu bahasa lisan dan bahasa tulisan. Meskipun ada beberapa ahli yang menyebutkan ada bahasa isyarat atau bahasa tubuh.

Bahasa sunda lisan akan sangat mudah dipelajari dengan cara interaksi langsung dengan orang lain.
Tapi akan sedikit sulit ketika dituangkan kedalam bahasa tulisan. 

Karena ada beberapa hurup vokal yang ditambahkan dari huruf vokal pada umumnya.

Ada sebagian orang yang mengatakan bahwa bahasa sunda itu adalah bahasa yang rumit, tapi disitulah letak kekayaan intelektual yang terkandung dalam bahasa sunda. Hal itu perlu pemahaman dan pembelajaran tentang tata bahasa sunda jika kita ingin menggunakannya secara baik dan benar.

Kalau dalam bahasa Indonesia huruf vokal terdiri dari a, i, u, e, o tapi dalam bahasa sunda ada sedikit perbedaan yaitu a, i, u, é, e, eu, o

Kesalahan dalam penulisan huruf e, é, dan eu pada sebuah kata akan mengakibatkan arti yang berbeda.

Contohnya :
Hideng, dengan hideung jika ditulis dengan huruf yang salah maka artinya akan salah. Hideng bisa diartikan dewasa, waras, atau mengerti.
Seperti contoh kalimat ini “ Manéh téh geus gedé, kuduna mah geus hideng hirup teh “ artinya Kamu itu sudah besar seharusnya sudah dewasa dalam hdup.

Éléh dengan euleuh, kalau dibuat mudah bisa saja ditulis eleh, tapi akan jadi kesulitan menelaah kemana arah arti kata yang dibutuhkan
Euleuh artinya sebuah ungkapan rasa takjub, tapi éléh artinya kalah.
Disitulah perlu adanya kehati-hatian dalam menuliskan kalimat dalam bahas sunda, karena jika kita salah menuliskan maka akan mengakibatkan salah mengartikan maksudnya.

Selain dari hal tersebut ada beberapa yang menjadi ciri khas karakter budaya sunda hususnya dalam bidang bahasa yaitu penerapan bahasa dengan arti yang sama tapi penempatannya berbeda.

Ada istilah bahasa untuk sendiri, ada istilah bahasa untuk orang lain. Meskipun maksud dan artinya sama tapi istilahnya akan sangat berbeda.

Bingung ya…. ?
Jangan khawatir tidak semua kata itu punya penerapan yang berbeda, Cuma beberapa kata kerja, kata sifat dan kata kerja yang butuh penempatan yang benar.

Makan diungkapkan dengan kata neda jika digunakan untuk kita, tapi akan menjadi tuang jika digunakan untuk orang lain

Contoh : “ Abdi tos neda, ari ibu tos tuang “
Dari kalimat diatas menggambarkan bahwa dua orang tersebut sama-sama sudah makan.

Beberapa contoh lain diantaranya
Saré untuk saya dan kulem untuk orang lain artinya tidur.
Dongkap untuk saya dan sumping untuk orang lain artinya datang.
Acuk untuk saya dan raksukan untuk orang lain artinya baju atau pakaian.
Dianggo untuk saya dan dianggé untuk orang lain artinya dipakai.

Sobat budaya, rupanya itu yang bisa sampaikan dalam hal penerapan bahasa sunda, semoga bisa bermanfaat, dan bisa menambah pengetahuan dalam mengenal budaya sunda.
Sampai Jumpa dilain kesempatan.

0 comments:

Post a Comment